PACITAN – Bagi banyak buruh tani dan pekerja pabrik rokok di Pacitan, bulan-bulan di luar musim panen adalah masa yang berat. Penghasilan menurun, sementara kebutuhan hidup tetap berjalan.
Namun, sejak pemerintah menyalurkan BLT DBHCHT, roda ekonomi kecil di desa-desa mulai bergerak kembali.
Di pasar kecamatan, para pedagang merasakan langsung dampaknya. “Begitu BLT cair, pembeli lebih banyak. Barang cepat habis,” ujar Sri, pedagang sembako di Arjosari, Senin (6/10/25). Ia mengaku omzetnya bisa naik hingga 30 persen setiap kali bantuan cair.
Sebanyak 5.934 warga Pacitan menerima bantuan ini. Mereka terdiri dari 2.517 buruh tani tembakau, 2.840 buruh pabrik rokok, dan 577 warga miskin lainnya.
Bantuan sebesar Rp300 ribu per bulan selama lima bulan dianggap cukup untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah fluktuasi ekonomi.
Dana tersebut disalurkan langsung melalui Bank Jatim ke rekening penerima, memastikan ketepatan sasaran sekaligus transparansi.
Dengan demikian, uang dari sektor cukai yang semula hanya berputar di tingkat industri kini mengalir kembali ke tangan masyarakat akar rumput.
BLT DBHCHT menjadi penggerak ekonomi mikro. Warung makan, tukang ojek, hingga pedagang sayur turut merasakan dampak positifnya. Tak hanya membantu penerima secara individu, tetapi juga memperkuat sirkulasi ekonomi lokal di desa.
“Bantuan seperti ini menjaga desa tetap hidup,” ujar Camat Tegalombo. “Ketika masyarakat punya uang, ekonomi ikut bergerak. Semua saling mendukung.”






